“OPAK Dongkrak Otak Kritis MABA”
Pagi masih berselimutkan embun,mentari masih enggan menampakkan
sinarnya,dedaunan hijau nan rindang masih aktif melakukan proses gutasinya,dimana
proses menetesnya air dari jaringan daun
yang begitu sejuk dipandang mata.Tepat pukul 05:30 WIB tanggal 14
september 2016,telah dibukanya pra OPAK (OSPEK) yang berlangsung hingga tanggal
15 september 2016.Kemudian tanggal 17 september dilanjutkan dengan OPAK.Ya
OPAK, tanpa embel-embel kata “pra” didepannya,bukan lagi hanya sekedar
pengenalan nama dan asal masing-masing peserta OPAK,bukan lagi songkok hitam yang dipakai bagi ikhwannya
serta krudung hitam bagi akhwatnya,tapi
ada ketentuan pakaian dan atribut lain yang lebih mencuri perhatian mata orang
lain yang melihatnya.Bagaimana tidak mencuri perhatian? Dari segi pakaian masih
terlihat umum yakni baju putih berlengan panjang dengan bawahannya berwarna
hitam,dengan sepatu pantofel sebagai alasnya,nah pada bagian atribut inilah yang banyak mencuri
perhatian orang-orang yang berlalu lalang dijalan raya.Mereka diwajibkan
memakai caping yang dicat sesuai warna fakultas masing-masing bertuliskan “OPAK
50” berwarna hitam,dikaitkan kain satin berukuran 92 x 62 cm dengan warna yang
sepadan dengan capingnya.Lalu tas selempang unik yang terbuat dari kain satin
pula berukuran F4 x 3 yang kurasa cukup sesak untuk memasukan makanan dan
minuman selain membawa buku panduan OPAK 50.Tak cukup itu saja atribut yang
wajib dipakai para peserta OPAK 50,mereka diwajibkan memakai papan nama dari
kardus yang berlapiskan kertas manila kemudian dibentuk seperti perisai serta
pita merah putih dilengan kanan,dan kertas segitiga sama sisi dilengan
kiri.Mengapa mereka harus memakai pakaian seperti itu? Tak adakah pakaian
sederhana lain yang bisa dipakai dalam acara OPAK 50? Ya memang sudah begitu
aturannya,dan dibalik semua itu mengandung makna mendalam tentang jati diri
masing-masing peserta OPAK,jati diri tanah air dimana peserta OPAK 50
dilahirkan yakni tanah air Indonesia yang kaya raya katanya,selain itu
terselipkan pula makna kritis dibaliknya.
Ada sedikit kejanggalan dalam benakku.Bukankah OPAK ini hanya ajang
pengenalan akademik dan kampus? sebagaimana tertera di banner OPAK 50 yang
dipajang digedung pascasarjana IAIT Kediri.Mengapa kami harus muluk-muluk
ikutan berfikir kritis seperti para aktivis politik yang kebanyakan berwajah
dua dalam merebut hati rakyat saat orasinya pada acara-acara pilkada dan
sebagainya.
Oh tuhan,aku lupa dan benar-benar khilaf.Bukan karena aku berganti status dari siswa menjadi mahasiswa.tapi karena aku dan teman-temanku seperjuangan OPAK adalah generasi-generasi penerus kehidupan bangsa ini.Kehidupan bangsa yang katanya sudah merdeka dari penjajahan dhohir bangsa eropa,namun sejatinya jika kita mau menilik,menelusuri,meneliti,dan memperhatikan lebih detail kehidupan bangsa ini akan timbul dalam benak kita bahwa sesungguhnya kata merdeka itu belum terwujud nyata dikehidupan negri tercinta ini.Bangsa eropa lebih cerdik dalam menggencarkan misinya menguasai negri-negri surga seperti Indonesia ini dengan penjajahan sirri yang tak berwujud bom atau senjata perang lainnya.Sungguh sejatinya bangsa ini masih belum merdeka.Dan inilah tugas kita sebagai pemuda yang akan melanjutkan pergerakan bangsa,ditangan kita lah tergenggam kemana arah bangsa akan melaju.Dengan tema “Tranformasi Paradigma Mahasiswa Menuju Bertridarma Perguruan Tinggi” ku rasa sangat tepat untuk mencetak generasi-generasi pemikir kritis demi kemajuan bangsa ini.
Oh tuhan,aku lupa dan benar-benar khilaf.Bukan karena aku berganti status dari siswa menjadi mahasiswa.tapi karena aku dan teman-temanku seperjuangan OPAK adalah generasi-generasi penerus kehidupan bangsa ini.Kehidupan bangsa yang katanya sudah merdeka dari penjajahan dhohir bangsa eropa,namun sejatinya jika kita mau menilik,menelusuri,meneliti,dan memperhatikan lebih detail kehidupan bangsa ini akan timbul dalam benak kita bahwa sesungguhnya kata merdeka itu belum terwujud nyata dikehidupan negri tercinta ini.Bangsa eropa lebih cerdik dalam menggencarkan misinya menguasai negri-negri surga seperti Indonesia ini dengan penjajahan sirri yang tak berwujud bom atau senjata perang lainnya.Sungguh sejatinya bangsa ini masih belum merdeka.Dan inilah tugas kita sebagai pemuda yang akan melanjutkan pergerakan bangsa,ditangan kita lah tergenggam kemana arah bangsa akan melaju.Dengan tema “Tranformasi Paradigma Mahasiswa Menuju Bertridarma Perguruan Tinggi” ku rasa sangat tepat untuk mencetak generasi-generasi pemikir kritis demi kemajuan bangsa ini.
“Marilah
kawan mari kita kabarkan,ditangan kita tergenggam arah bangsa,
marilah kawan,mari kita gencarkan sebuah pergerakan tentang pembebasan”
marilah kawan,mari kita gencarkan sebuah pergerakan tentang pembebasan”
Oleh
:Tyas Artma